Di bawah terangnya langit dalam
kegelapan jiwa,
di
atas bumi ini aku berpijak dengan waktu yang masih tersisa. Sejenak ku
termenung duduk termangu secara perlahan, terlintas bayang-bayang yang menyelimuti pikirku seakan
membuat tubuh ini semakin roboh dan kaku. Aku tertatih-tatih dengan suara lirih
seakan tak tahu bagaimana melangkah dan lari dari bayangan semu.
Sejenak ku coba memejamkan mata, tapi pikirku masih berinteraksi
dengan kehidupan masa lalu yang begitu kelam seakan jika diingat kembali hanya
akan melahirkan penyesalan. Astagfirullahaladzim, kembali aku memohon ampun Ya
Rab! Kenapa sampai berbuat demikian? kejujuran yang terdengar lewat suara hati,
berbisik membenarkan atas apa yang kuperbuat selama ini. Tanpa sadar, ternyata
aku telah terjebak oleh kedustaan, terbawa nafsu yang menggumpal dalam dada,
terjerembab dalam kehinaan. Aku seperti tak berarti apa-apa setelah tersadar
sisa usiaku sedikit
demi sedikit mulai berkurang. Padahal masih banyak hal
yang ingin ku gapai. Masih ada
cita-cita dan harapan untuk melangkah lebih jauh. Namun keterbatasanku untuk berfikir semakin berkurang. Oleh
karena itu aku mencoba sedikit-demi sedikit bangkit menenangkan diri, merenungkan dan bermuhasabah apa yang telah
diperbuat selama ini. ya Rabb, ternyata begitu malu diriku ini.
Helayan nafas yang ku hembus, alunan kaki yang ku
langkahkan, tangan yang ku ayunkan serta bagian tubuhku yang kupakai hanyalah
selintas bayangan kedzoliman. Kenapa ya Rabb bisa terjadi demikian? Aku tak
bisa menyalahkan siapa-siapa, ini salahku yang tak menanam ilmu-ilmu kehidupan,
andai saja masa kecilku digunakan untuk mencari ilmu, mungkin hari ini tak akan
menyesal sedalam ini. Aku malu, malu atas apa yang ku perbuat selama ini.
Sekarang aku hanya berusaha dan berharap semoga Allah senantiasa menunjukan
jalan lurus dalam setiap langkah yang kuperbuat agar kelak menjadi manusia yang
berguna bagi diriku, keluarga, sahabat, bangsa dan agamaku di kemudian hari.