Saturday, September 27, 2014

Renungan

 renungan
Dunia ini tidak selamanya akan kita pijak, tidak selamanya pula akan berputar. Suatu saat akan terhenti sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Maka dititik itulah semuanya akan dipertanggung jawabkan atas apa yang telah diperbuatnya.

Perjalanan di dunia ini tidak selamanya akan berjalan mulus seperti air mengalir yang bebas bergerak kemana saja yang kita inginkan. Ada jalan yang harus kita tempuh. Biasanya jalan itu tidak selamanya terbentang lurus, terkadang menemukan tikungan, tanjakan dan ada pula turunan curam yang sangat membahayakan.

Di tengah-tengah perjalanan kita pasti akan menemukan berbagai peristiwa diantaranya kita dapat melihat orang yang sedang menyebrang, orang yang sedang berjalan-jalan, ada yang berjalannya cepat ada juga yang berjalan lambat sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Terkadang saat itu kita menemukan peristiwa yang menyenangkan, mengesankan, mengharukan, menghawatirkan, menakutkan bahkan ada juga peristiwa yang sangat berbahaya. Begitulah pejalanan hidup, semuanya  telah diatur dengan qada dan takdirnya masing-masing. Tinggal bagaimana kita menyadarkan kembali bahwa kita harus bisa menerima apapun yang terjadi dalam kondisi apapun. Semua Peristiwa itu bukan merupakan suatu kebetulan akan tetapi mutlak keputusan dari sang Mahakuasa.

Perbanyaklah mentapakuri semua peristiwa yang terjadi di dunia ini. Banyak berfikir merenungkan apa yang sebaiknya kita perbuat. Renungkan siapa diri kita sebenarnya, jangan sesekali kita merasa sombong, sebab kesombongan akan membuat diri kita jatuh ke jalan yang dibenci Allah SWT. Mudah-mudah kita termasuk orang-orang yang istiqomah berada di Jalan yang di Ridhoi-Nya. Amin. . .
Semoga  bermanfaat.

Saturday, September 13, 2014

Sandiwara Kehidupan

sandiwara kehidupan



Kesederhanaan hidup terlihat ketika kita menunjukan pribadi yang sebenarnya, tanpa menutup diri maka kita akan jadi yang terbaik bagi diri sendiri maupun orang yang berada di sekeliling kita. Disadari atau tidak terkadang hanya kepalsuan yang kita tunjukan kepada mereka. Kepribadian yang sebenarnya seringkali ditutupi semata-mata untuk menunjukan bahwa inilah saya yang terbaik. Padahal hati kecilnya selalu mengakui bahwa saya sedang berpura-pura.
Beranjak dari kepiawaian menutupi kepalsuan karakter diri, sampai akhirnya orang lain pun terkelabui. Mereka yang tak paham seolah acuh diam tak bersimpul. Sebagian ada yang terkagum-kagum mendengarkan cerita kepalsuannya, Tak heran memang ketika banyak orang terpikat dengan kepandaian seseorang karena ia sedang bermain peran dalam sandiwara kehidupan.
Hidup memang bersandiwara begitu juga dengan kehidupan. Kita dituntut untuk menjadi aktor dan aktris tebaik dalam melakoni perannya. Ketika kita terlahir saat itulah kita mulai bermain peran. Banyak tokoh yang akan diperankan, termasuk ketika menjadi orang jahat maka akan dibenci orang, saat menjadi orang baik akan dasayangi orang,  saat bersedih, saat tertawa, saat kecewa dan terkadang tanpa disadari semua itu merupakan karakter kita yang sebenarnya. Tinggal kita memilih tokoh mana yang akan kita perankan dalam persandiwaraan ini.
Seiring berjalannya waktu, maka kita akan tumbuh bersama hal-hal baru yang dipelajari. Sang Sutradara mendiktekan topik-topik kehidupan yang harus diperankan. Semua ucapannya telah termaktub dalam naskah berupa kitab suci (Al-Quran) dan utusan terbaik (Rasulullah SAW) sebagi tauladan umat agar kamu mempelajarinya. Banyak hal baru yang akan kita temui disana. Termasuk topik-topik hangat serta peristiwa menarik berdasarkan sejarah para tentara penegak peradaban dunia pun dapat kita temui.
Ada suatu pelajaran berarti yang sering dilupakan yaitu persepektif kehidupan nyata yang sebenarnya akan kita lalui bersama. Di sana kita akan mendapatkan apresiasi serta evaluasi atas apa yang telah diperankan selama melakoni persandiwaraan ini.
Selepas turun dari panggung sandiwara, maka Sang Sutradara akan memperlihatkan rekaman dari potret yang tersembunyi. Ketika kita mulai mencermati rekaman itu ternyata tak selalu berjalan sesuai sekenario. Terkadang kita berimprovisasi untuk menutupi kesalahan sendiri supaya tokoh yang kita perankan tidak lepas dari sekenario yang telah digariskan oleh Sang Sutradara. Saat itulah  kita dapat menyaksikan sendiri semua gerak-gerik yang telah diperankan. Ketika mulut terkunci, anggota tubuhlah yang akan menjelaskan semuanya.

Akhirnya Setelah semuanya selesai maka kita akan beranjak ke dalam kehidupan yang nyata, yaitu kehidupan yang kekal. Semua orang akan dikumpulkan di salah satu tempat yang begitu luas. Bahkan luasnya tak terhitung. Setiap orang akan diseleksi sesuai dengan apa yang telah diperankannya. Jika peranya baik tentu ia akan mendapatkan apresiasi baik begitu juga ketika kita memerankan yang tidak baik maka akan mendapatkan hukuman. Setelah kita sadar dan merenungkan apa yang terjadi ternyata semua yang kita perankan selama berada di persandiwaraan ini hanya sebuah permainan dan senda gurau, meskipun demikian bukan berarti kita bebas mengekspresikan semau kita, melainkan harus tetapi memperhatikan tujuan dan bekal pulang menuju rumah kita yang sebenarnya. Maka hati-hatilah dalam menjalankan segala peran yang ada, jangan sampai terjebak oleh kesenangan semata, selalu bersungguh-sungguh dan bersemangat dalam menjalankannya. Tuntutlah ilmu sebagai bekal menuju keselamatan yang abadi, semoga kita dapat memerankan sesuai dengan perintah Sang Sutradara Kehidupan.