Kesederhanaan
hidup terlihat ketika kita menunjukan pribadi yang sebenarnya, tanpa menutup
diri maka kita akan jadi yang terbaik bagi diri sendiri maupun orang yang
berada di sekeliling kita. Disadari atau tidak terkadang hanya kepalsuan yang kita
tunjukan kepada mereka. Kepribadian yang sebenarnya seringkali ditutupi
semata-mata untuk menunjukan bahwa inilah saya yang terbaik. Padahal hati
kecilnya selalu mengakui bahwa saya sedang berpura-pura.
Beranjak
dari kepiawaian menutupi kepalsuan karakter diri, sampai akhirnya orang lain
pun terkelabui. Mereka yang tak paham seolah acuh diam tak bersimpul. Sebagian
ada yang terkagum-kagum mendengarkan cerita kepalsuannya, Tak heran memang
ketika banyak orang terpikat dengan kepandaian seseorang karena ia sedang
bermain peran dalam sandiwara kehidupan.
Hidup
memang bersandiwara begitu juga dengan kehidupan. Kita dituntut untuk menjadi
aktor dan aktris tebaik dalam melakoni perannya. Ketika kita terlahir saat
itulah kita mulai bermain peran. Banyak tokoh yang akan diperankan, termasuk
ketika menjadi orang jahat maka akan dibenci orang, saat menjadi orang baik
akan dasayangi orang, saat bersedih,
saat tertawa, saat kecewa dan terkadang tanpa disadari semua itu merupakan karakter
kita yang sebenarnya. Tinggal kita memilih tokoh mana yang akan kita perankan
dalam persandiwaraan ini.
Seiring
berjalannya waktu, maka kita akan tumbuh bersama hal-hal baru yang dipelajari.
Sang Sutradara mendiktekan topik-topik kehidupan yang harus diperankan. Semua
ucapannya telah termaktub dalam naskah berupa kitab suci (Al-Quran) dan utusan
terbaik (Rasulullah SAW) sebagi tauladan umat agar kamu mempelajarinya. Banyak
hal baru yang akan kita temui disana. Termasuk topik-topik hangat serta peristiwa
menarik berdasarkan sejarah para tentara penegak peradaban dunia pun dapat kita
temui.
Ada
suatu pelajaran berarti yang sering dilupakan yaitu persepektif kehidupan nyata
yang sebenarnya akan kita lalui bersama. Di sana kita akan mendapatkan apresiasi
serta evaluasi atas apa yang telah diperankan selama melakoni persandiwaraan
ini.
Selepas
turun dari panggung sandiwara, maka Sang Sutradara akan memperlihatkan rekaman
dari potret yang tersembunyi. Ketika kita mulai mencermati rekaman itu ternyata
tak selalu berjalan sesuai sekenario. Terkadang kita berimprovisasi untuk
menutupi kesalahan sendiri supaya tokoh yang kita perankan tidak lepas dari
sekenario yang telah digariskan oleh Sang Sutradara. Saat itulah kita dapat menyaksikan sendiri semua gerak-gerik
yang telah diperankan. Ketika mulut terkunci, anggota tubuhlah yang akan
menjelaskan semuanya.
Akhirnya
Setelah semuanya selesai maka kita akan beranjak ke dalam kehidupan yang nyata,
yaitu kehidupan yang kekal. Semua orang akan dikumpulkan di salah satu tempat
yang begitu luas. Bahkan luasnya tak terhitung. Setiap orang akan diseleksi
sesuai dengan apa yang telah diperankannya. Jika peranya baik tentu ia akan
mendapatkan apresiasi baik begitu juga ketika kita memerankan yang tidak baik
maka akan mendapatkan hukuman. Setelah kita sadar dan merenungkan apa yang
terjadi ternyata semua yang kita perankan selama berada di persandiwaraan ini hanya
sebuah permainan dan senda gurau, meskipun demikian bukan berarti kita bebas mengekspresikan semau kita, melainkan
harus tetapi memperhatikan tujuan dan bekal pulang menuju rumah kita yang
sebenarnya. Maka hati-hatilah dalam menjalankan segala peran yang ada, jangan
sampai terjebak oleh kesenangan semata, selalu bersungguh-sungguh dan
bersemangat dalam menjalankannya. Tuntutlah
ilmu sebagai bekal menuju keselamatan yang abadi, semoga kita dapat memerankan
sesuai dengan perintah Sang Sutradara Kehidupan.