Friday, April 22, 2016

MENGENAL POTENSI USAHA LOKAL PASIRKIAMIS


Pasirkiamis, Garut-Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi usaha lokal di bidang kerajinan perabotan dapur. Hasil wawancara saya dengan salah seorang pemilik usaha yang bernama Bapak Nedi memaparkan bahwa “usaha ini telah berjalan selama puluhan tahun secara turun temurun”. Jika melihat sejarah dari para nenek moyang, peralatan yang digunakan untuk melakukan usaha ini hanya memakai peralatan sederhana seperti; gunting, tatampel, tang, jarak, palu kecil untuk melubangi, jelur, miselet, serta alat bantu lainnya. Namun seiring berkembangnya zaman, sekarang sudah beralih dengan menggunakan mesin, karena dinilai lebih mudah, peraktis dan hasilnya lebih cepat.
Bahan pokok yang digunakan untuk membuat perabotan dapur yaitu alumunium yang dibeli langsung dari Bandung dan Jakarta. Dalam proses peleburannya, alumunium yang sudah dipotong-potong harus dipanaskan terlebih dahulu dengan menggunakan arang dan mesin penggiling, lalu dipukul-pukul menggunakan palu untuk dibentuk sesuai dengan pola yang diinginkan.
Proses pembentukan ini memerlukan waktu selama satu hari untuk satu sampai dua buah jika menggunakan alat manual, sementara jika memakai mesin akan menghasilkan lebih banyak dibanding dengan alat manual. Prabotan yang dihasilkan dari pembuatan tadi bermacam-macam seperti panci, katel, teko, kastrol, citel, seeng, mangkuk, loyang, piring, serok, dulang, sosodok dan banyak lagi. Untuk harga per kg berkisar Rp. 50.000 sampai Rp. 70.000, tergantung jenis perabotannya. Sementara dari bandar kepada pedagang menjual sekitar Rp. 70.000 sampai Rp. 90.000 per kg.
Setelah hasil produksi itu jadi, selanjutnya akan ditampung di rumah Bapak Nedi untuk dijual kembali kepada pembeli. Para pembeli pun berdatangan untuk memenuhi pesanan pasar atau konsumen yang dibutuhkan. Baramg tersebut dipasarkan ke berbagai daerah di Kabupaten Garut, Tasik, Bandung, bahkan sudah sampai ke daerah Sumatera.
Para penjual itu sendiri merupakan penduduk asli dari Pasirkiamis. Mereka memasarkan barangnya dengan cara menawarkan langsung ke konsumen baik secara kredit maupun kontan. Ada juga yang yang di tampung di salah satu pasar bagi yang sudah memiliki banyak relasi.  
Adapun Omset yang diperoleh dari usaha ini sekitar Rp.200.000 sampai dengan Rp. 1.000.000 setiap bulannya, itu pun sisa dari gaji karyawan dan belanja barang. Untuk gaji karayawan sebesar Rp. 50.000 per hari dan sudah termasuk dengan uang makan ujar Bapak Nedi.
Pasirkiamis kini telah menjadi sentral pembuatan perabotan dapur, karena mayoritas masyarakatnya rata-rata memiliki profesi yang sama. Mulai dari penyedia home industri, pedagang, serta bandar-bandar untuk menyuplai barang ke berbagai daerah. Bukan hanya itu barang-barang yang di hasilkan pun dinilai sangat tahan lama dan berkualitas dibanding produk dari pasar.
Dengan adanya usaha ini, secara ekonomis masyarakat sangat terbantu dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sayangnya belum dimanfaatkan secara optimal karena terkendala oleh modal dan proses pemasaran yang belum tersistem. Jika ada investor yang berani menanamkan sahamnya untuk dijadikan sebagai perusahaan besar, maka diperkirakan Pasirkiamis akan menjadi daerah yang memiliki potensi usaha lokal di bidang kerajinan perabotan dapur.