Beberapa
waktu lalu kata galau telah menjadi perkataan yang tren di masyarakat kita,
baik di kalangan remaja, dewasa maupun orang tua. Hal itu sudah menjadi acuan bagi mereka
ketika mengalami suatu hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Misalnya
ketika mereka menginginkan sesuatu namun keinginan itu tidak tercapai atau ketika
mengalami masalah yang belum terpecahkan, maka timbulah perasaan atau kondisi
yang dinamakan galau.
Kita
seringkali melihat di jejaring sosial seperti facebook atau twitter, banyak
diantaranya yang mengupdate status “lagi galau” atau apalah yang jelas kata itu
sering muncul di jejaring sosial. Jika kebanyakan orang membuat status seperti
itu, berarti secara tidak sadar mereka sedang mempublikasikan kehidupannya
untuk diketahui oleh banyak orang. Sementara orang yang berkunjung ke jejaring
sosial bukan hanya remaja saja melainkan beranekaragam, bagaimana kalau
statusnya dibaca oleh anak-anak, orang dewasa atau orang tua? Mungkin mereka akan
mengatakan kurang lebih seperti ini, “ kaya gak ada kerjaan saja anak muda jaman
sekarang, galau saja dipamerkan”. Nah, lalu kenapa persoalan galau ini muncul
dan menjadi perkataan yang paling penomenal di kalangan masyarakat saat ini?
Maka,
timbulah pertanyaan dalam benak saya, apa itu galau, penyebab galau, dan
bagaimana cara mengatasi kegalauan? Nah setelah saya mencari referensi dari
berbagai sumber ternyata ada beberapa hal yang mungkin dapat memeberikan jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ketika seseorang galau mugkin saja mereka dapat
mempersepsikan masing-masing. Namun jika ditanya mengenai galau yang
sebenarnya, mereka akan menggelengkan kepala karena tidak memiliki referensi
yang jelas.
Jadi
supaya kita memiliki referensi yang jelas mengenai kata galau tersebut, ambil
saja salah satu pengertian galau dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Kata
galau memliki
arti ber – ga – lau: sibuk beramai –
ramai ; ramai sekali; kacau tidak karuan (piikiran ), ke – ga – lau – an: sifat
(keadaan hal). Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa galau adalah suatu kondisi seseorang yang sedang sibuk
beramai-ramai atau mempunyai pikiran yang kacau tidak mempunyai kepastian
mengenai tujuan hidupnya.
Adapun
penyebab galau secara umum yaitu memiliki banyak masalah. Masalah merupakan hal
yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan kita sehari-hari. Setiap kali kita
akan menemukan suatu masalah, diantara masalah tersebut ada yang disebut dengan
masalah umum dan masalah pribadi. Masalah umum menurut persi saya yaitu masalah
yang sering dialami oleh masyarakat pada umumnya yaitu masalah Ekonomi, pendidikan,
sosial, politik, pekerjaan, profesi, lingkungan, dan lain sebagainya. Sedangkan
yang dimaksud dengan masalah pribadi adalah masalah yang sering dialami oleh
seseorang yaitu; masalah biologis, kesehatan, emosi, psikologi dan spiritual.
Dari
sekian banyak masalah yang ada, selalu timbul suatu perasaan resah, gelisah
bahkan seringkali kita ingin lari dan menghindari masalah. Wajar bila seseorang
merasa demikian, karena normalnya manusia tidak ingin memiliki masalah. Namun
masalah akan tetap ada dan selalu mengikuti kehidupan manusia. Percayalah tidak
mungkin ada suatu masalah tanpa ada solusinya. Cara terbaik untuk menyelesaikannya
yaitu bersabar dan segera mengatasi dengan cara terbaik.
Dengan
demikian manusia dituntut untuk berbenah dan menyelesaikan masalah. Sebab sudah jelas di dalam firman Alah SWT “Allah
tidak akan memberikan beban melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Artinya
setiap kali kita ditimpa masalah selalu dibarengi dengan solusinya. Jangan
tergesa-gesa menganggap masalah itu hanya ada pada diri kita saja, melainkan
banyak orang yang merasakan hal yang sama. Selalu berkhusnudzon ketika kita
berada dalam kesulitan, tertimpa musibah, dan berbagai ujian yang berat,
hendaknya kita menerima dengan kelapangan hati dan dengan mengharap
keridhoan-Nya, bukankan dengan sikap demikian itu akan menghapus dosa-dosa kita.
Maka
kita akan setuju ketika orang-orang yang yang tertimpa musibah, bencana dan
cobaan yang berat, dengan keimanannya mereka berlapang dada dan berdoa: “Ya Rabb, jadikanlah apa yang menimpa kami
sebagai penghapus dosa-dosa kami, sebagai tanda cinta-Mu kepada kami, dan
mudah-mudahan ini semua terjadi atas keridhoan-Mu.”
Dalam
menyikapi persoalan yang terjadi, maka saya menawarkan solusi untuk mengatasi
kegalauan. Mudah-mudahan menjadi senjata ampuh untuk mengusir kegalauan.
Pertama,
menetapkan tujuan hidup. Islam memerintahkan manusia untuk senantiasa memiliki
tujuan hidup. Seperti yang termaktub dalam al-quran surat Adz-dzariyat ayat 56.
Bahwa, tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT tiada lain untuk beribadah
kepadaNya. Dengan Tujuan itu akan mengantarkan manusia memperoleh keselamatan
di dunia dan akhirat. Begitu pun seorang mukmin, jika surga menjadi cita-cita
tertingginya, segala tawaran-tawaran kepentingan dunia sudah menjadi tidak
berarti baginya, serta segala halangan, rintangan yang menghadang, ujian dan
cobaan, kesulitan dan kesusahan, payah dan lelah, semua itu akan dapat
dilaluinya, sebab ia mengejar suatu visi besar dalam hidupnya, sebuah cita-cita
agung yang tidak semua orang memilikinya. Cita-cita mulia itu adalah membeli
surga. Pertanyaannya dengan apakah kita membeli surga? Dengan apa pun yang ada
pada diri kita baik harta, jiwa, ilmu, pikiran, maupun segala amal-amal shaleh
yang ditujukan semata-mata karena mengharap ridho Allah SWT.
Kedua,
selalu bergaulah dengan orang yang baik. Pergaulan yang baik akan menentukan
masa depan yang baik pula tergantung kita yang mau memilih. Namun masalah
memilih teman bukan masalah suka atau tidak. Bukan pula masalah ketepatan
selera tertentu. Masalah teman adalah masalah yang penting yang akan menentukan
jalan hidup kita akan kemana. Sebab banyak orang yang jatur tersungkur ke dalam
kehinaan hanya karena teman, begitu pun sebaliknya banyak orang yang
mendapatkan kemulyaan, ketenangan karena memilih teman yang baik. Dalam memilih
teman membutuhkan kecerdasan yang cukup,
sebab memilih teman seperti memilih obat yang akan kita minum. Obat yang
salah bukan membuat kita sehat tetapi malah membuat sakit bahkan akan mengalami
kematian jika tidak diperhatikan. Memilih sahabat yang baik yang sesuai dengan
tuntutan agama adalah seperti yang dinasehatkan oleh ibnu Qudamah Al-Maqdisy,
orang yang hendak kau menjadi teman karib hendaklah mempunyai sifat yaitu;
orang berakal, memiliki akhlak yang baik dan terpuji, tidak berteman dengan
orang fasik, tidak berteman dengan orang yang memuja dunia atau matrelialistis
dan bukan ahli bid’ah. Dengan demikian maka carilah teman atau orang-orang yang
baik yang sesuai dengan tujuan hidup kita agar selalu mengingatkan dalam
kebaikan.
Ketiga,
banyak mencari informasi atau pengetahuan positif. Pastikan kita dapat menggali
informasi positif yang dapat menimbulkan semangat untuk melakukan berbagai aktifitas
kita, bukan informasi yang malah mengotori pikiran dan hati kita. Bila kita mau
dan peka terhadap informasi sebetulnya banyak informasi-informasi positif yang
ada di sekitar kita, mulai dari buku-buku positif, media cetak, media
elektronik, internet, serta papan pengumuman yang berisi seminar-seminar,
kajian-kajian islam serta komunitas-komunitas positif. Selain itu pengetahuan
jauh lebih penting untuk memperkaya diri, memperluas wawasan dan memotivasi
kita untuk terus bergerak melakukan kebaikan-kebaikan yang bermanfaat bagi
pribadi dan orang lain. Ada yang mengatakan bahwa pengetahuan merupakan
jendelanya dunia. Memang benar dari sanalah kita akan mengetahui dunia, mulai
dari peristiwa-peristiwa yang terjadi, tokoh-tokoh yang berpengaruh,
sejarah-sejarah yang terkemuka, serta kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran
untuk dijadikan renungan betapa besarnya potensi yang dimiliki oleh pengetahuan
kita. Kita bisa mengenal berbagai ilmu, baik
ilmu agama, ilmu politik, ilmu sosial, ilmu kesehatan, ilmu ekonomi dan
lain sebagainya. Perlu kita ketahui juga bahwa kunci dalam memperoleh
pengetahuan dimulai dengan membaca. Membaca di sini bukan dalam arti sempit
yang hanya terfokus pada buku saja tetapi perlu ditafsirkan secara luas. Kita
perlu membaca berbagai persoalan yang ada di alam semesta ini.
Keempat,
perbanyak melakkan aktifitas dan kegiatan positif. Pastikan kita selalu membuat
rencana harian agar segala aktifitas yang akan kita lakukan sesuai dengan apa
yang telah dijadwalkan. Buatlah target
yang akan menjadi skala prioritas baik untuk jangka pendek, jangka menengah,
maupun jangka panjang. Selalu konsisten dengan apa yang telah direncanakan.
Jika ada salah satu diantara sekian banyak rencana yang tidak terlaksanakan,
terus ulang kembali sampai terlaksana. Hal ini berfungsi untuk mendidik diri
agar kita selalu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Ingat prioritaskan yang
paling penting diantara agenda-agenda atau pekerjaan yang akan dilakukan.
Contoh jika kita seorang mahasiswa, maka tugas yang harus menjadi prioritas
adalah mengerjakan tugas yang telah diberikan dosen ketimbang mendahulukan main
game atau nongkrong-nongkrong yang tidak jelas. Begitu juga dengan pekerjaan
yang lain, utamakan yang menjadi prioritas kita. Jika Anda ingin memanfaatkan waktu Anda sebaik mungkin, Anda harus
mengetahui hal-hal yang menjadi prioritas Anda dan melakukan hal yang terbaik
untuk mencapainya. “(Lee Lacocca).
Kelima,
memperbanyak silaturahmi dan diskusi, ada banyak manfaat yang akan kita
dapatkan dalam silaturahmi dan diskusi ini, termasuk kunci dalam meraih
kesuksesan dapat diawali dengan silaturahmi. Ada yang menyebutkan bahwa dengan
silaturahmi akan membuka pintu-pintu rezeki dan panjang umur, itu memang benar
sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Barangsiapa
ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia
bersilaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim). Selain itu dalam dunia bisnis
banyak yang menerapkan konsep ini seperti perusahaan multi level marketing.
Cara ini diakui sangat efektif untuk memperluas dan mengembangkan suatu
jaringan. Semakin banyak jaringan maka akan semakin kuat pula menuju kesuksesan
karena orang yang tergabung akan sama-sama menyatukan kekuatannya untuk
mencapai satu tujuan yang besar yaitu kesuksesan bersama. Sebetulnya konsep ini
sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw ketika menyampaikan dakwah. Beliau mengunjungi
satu tempat ke tempat yang lain dengan tujuan untuk menyampaikan dakwah dan mengajak
manusia dari kehidupan jahiliyah menuju kehidupan yang lebih baik supaya
kembali ke jalan Allah. Di dalamnya terdapat pelajaran dan hikmah yang menjadikan
pemikiran manusia untuk merenungkan keberadaannya. Dengan silaturahmi pula akan
melahirkan diskusi-diskusi yang sekiranya dapat membantu menyalesaikan suatau permasalahan
yang ada. Hasilnya pun sangat memukau bahkan ajaran beliau sampai pada jaman
sekarang.
Keenam,
selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, salah satu cara terampuh mengusir
kegalauan adalah dengan selalu mendekatkan diri kepada Rabb kita. Saat kita
merasa resah dan gelisah, jangan pernah meminta kepada selain-Nya. Ingatlah ada
kekuatan Alah yang sangat besar. Tidak ada yang dapat merubah suatu rencana
manusia selain dengan kehendak-Nya. Kita sadari manusia adalah mahkluk yang
lemah, hanya dengan bersandar kepada Allah lah kita akan menjadi kuat meskipun dalam
keadaan sulit sekalipun. Tetaplah berdoa dan memohon kepadanya untuk senantiasa
dilapangkan. Sibukan diri untuk mengingat Allah agar terhindar dari perkara
yang tidak bermanfaat, berusaha berkarya, dan memanfaatkan segala nikmat yang
telah diberikan untuk mengasah potensi diri yang kita miliki. Allah swt
mengingatkan kita, dalam firman-Nya: “Orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram” (Qs Ar-Ra’du 28). Ayat
tersebut menngingatkan kepada kita bahwa dengan berdzikir kepada Allah, segala
kegalauan dan kegunadahan dalam hati mereka akan hilang dan berganti dengan
kegembiraan dan kesenangan. Ketika kita merasa gelisah maka segeralah mengingat
Allah agar semua perkara yang menyulitkan gerak langkah kita dihilangkan.
Dengan
demikian mari kita sama-sama memanfaatkan waktu yang tersisa selagi masih ada
kesempatan. Hindari aktifitas yang menyebabkan kegalauan. Apalagi kita sebagai
generasi muda, sudah sepatutnya untuk mempersiapkan diri menjadi pribadi-pribadi
yang berfikir lebih maju. Karena bangsa ini sedang menunggu generasi muda yang
siap mengantarkan masa depannya lebih cemrlang. (Pen. Acep Mulyana)