Pemuda identik dengan sosoknya yang dianggap sebagai agen perubahan atau agent of change. Tentu
pemuda memiliki peran yang sentral dalam pembangunan. Pemuda dianggap sebagai
penerus warisan kepemimpinan dan simbol harapan untuk perubahan di masa yang
akan datang. Bung Karno pernah berkata, “berikan aku sepuluh pemuda, maka aku
akan guncangkan dunia”. Betapa besar harapan pendahulu kita pada para pemuda.
Tengoklah pada masa
kekhalifahan islam, sejarah mencatat banyak pemuda hebat yang berkontribusi
besar pada kemajuan islam. Abdurrahman An-Nashir tercatat sebagai salah satu
khalifah termuda yang naik takhta pada masa Dinasti Umayyah di Andalusia,
Spanyol pada usia 22 tahun. Beliau menyatakan diri sebagai khalifah setelah
beliau berhasil memperluas daerah kekuasaannya sampai Afrika Utara. Pada masa
beliaulah Andalusia mencapai masa keemasannya. Sedangkan dalam bidang militer
dan pemerintahan, sejarah islam mengenal sosok Muhammad al-Fatih, Umar bin Abd
al-Aziz, Salahuddin al-Ayyubi.
Dari sekian banyak
pemuda islam yang tercatat dalam sejarah tinta emas kejayaan islam, Sultan
Muhammad al-Fatih menjadi pemuda yang sangat menginspirasi penulis selain
Rasulullah SAW. Sultan Muhammad II atau Sultan Muhammad al-Fatih adalah
putra Sultan Murad II. Ia telah diikutsertakan dalam berbagai peperangan sejak
usia belasan tahun. Al-Fatih mendapat pendidikan Alquran di bawah bimbingan
ulama ternama pada zaman itu, Syekh Ahmad bin Ismail al-Kurani. Selain itu
Sultan Murad II juga meminta pada ulama lain untuk mengajarkan ilmu hadis,
fikih, kemiliteran, sejarah, tatabahasa, dan sejumlah ilmu modern lainnya untuk
al-Fatih.
Muhammad Al-Fatih naik
takhta pada usia 21 tahun, kemudian berhasil menaklukkan Konstantinopel pada
usia 23 tahun yaitu pada tahun 1453. Kepemimpinan beliau sudah tertuang dalam
hadis Rasulullah sebagai sebaik-baiknya pemimpin dan pasukannya sebagai
sebaik-baiknya pasukan.
Peran pemuda tidak
terbatas dalam bidang kemiliteran, tetapi di bidang keilmuan. Tradisi ilmu
inilah yang giat dikembangkan oleh para cendekiawan zaman dahulu. Ibnu Khaldun
menyatakan bahwa subtansi peradaban islam terletak pada ilmu. Semua peradaban
besar dibangun oleh kebangkitan tradisi ilmu. Tradisi ilmu yang dibangun oleh
islam tentu berbeda dengan tradisi ilmu barat yang sekuler. Sejak zaman
Rasulullah, pondasi utama dalam pendidikan islam yang utama sebelum memasukkan
atau mempelajari ilmu-ilmu modern yaitu ilmu Alquran.
Berdasarkan hal di atas
tentu kita bisa menyimpulkan pembeda antara pemuda zaman dulu dengan pemuda
zaman sekarang. Salah satu pembedanya terletak pada tingkat kematangan baik
kematangan ilmu maupun ketakwaannya. Sultan Muhammad al-Fatih sudah mempelajari
ilmu Alquran dan ilmu-ilmu modern lainnya sejak usia muda. Selain itu pada usia
21 tahun beliau sudah mampu memimpin penaklukan Konstantinopel yang menjadi
salah satu prestasi besar yang ditorehkan oleh pemuda. Sedangkan pada usia yang
sama di masa sekarang, pemuda kita hari ini masih bergelut dengan tugas-tugas
kuliah atau kegalauan hidup. Pemuda kita semakin ‘manja’ atau dimanjakan dengan
berbagai kemudahan teknologi. Kemudian timbul pertanyaan di benak kita,
bagaimana mencetak pemuda-pemuda dengan kematangan tinggi pada usia relatif
muda?
Ada banyak faktor yang
memengaruhi kematangan pemuda. Sistem pendidikan dan situasi zaman sangat
berpengaruh. Kenyataannya, umat islam kini mulai mencari alternatif-alternatif
sistem pendidikan yang efektif, tidak menghabiskan belasan tahun untuk
mempelajari berbagai ilmu sekaligus memaksimalkan kemampuan peserta didik.
Selain itu kemudahan teknologi juga sering disalahgunakan sehingga pemuda malas
untuk bergerak dan berfikir sehingga menimbulkan kesenjangan terhadap tingkat
usia kematangan yang cukup signifikan. Untuk mengatasi hal di atas, solusinya
tetap mempertahankan pendidikan yang telah diterapkan sejak zaman Rasulullah
SAW, dimulai dengan mempelajari ilmu Alquran dan mempelajari ilmu-ilmu modern
lainnya. Bahkan sudah terbukti bahwa pendidikan islam telah berhasil
menghasilkan sosok pemuda yang berkualitas seperti Muhammad al-Fatih.
Pemuda masa kini
terutama pemuda islam tentu harus jeli menganalisis kekurangan di tengah umat.
Setiap zaman tentu memiliki tantangan yang berbeda-beda. Pada masa
sekarang tantangannya berupa tantangan di bidang ekonomi, politik, budaya, dan
ideologi. Harus ada pemuda yang ambil bagian dalam bidang ekonomi, politik,
budaya, dan lain-lain. Sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya masing-masing.