Tuesday, January 19, 2016

PERAN PEMUDA DI TENGAH TANTANGAN ZAMAN

Pemuda identik dengan sosoknya yang dianggap sebagai agen perubahan atau agent of change. Tentu pemuda memiliki peran yang sentral dalam pembangunan. Pemuda dianggap sebagai penerus warisan kepemimpinan dan simbol harapan untuk perubahan di masa yang akan datang. Bung Karno pernah berkata, “berikan aku sepuluh pemuda, maka aku akan guncangkan dunia”. Betapa besar harapan pendahulu kita pada para pemuda.
Tengoklah pada masa kekhalifahan islam, sejarah mencatat banyak pemuda hebat yang berkontribusi besar pada kemajuan islam. Abdurrahman An-Nashir tercatat sebagai salah satu khalifah termuda yang naik takhta pada masa Dinasti Umayyah di Andalusia, Spanyol pada usia 22 tahun. Beliau menyatakan diri sebagai khalifah setelah beliau berhasil memperluas daerah kekuasaannya sampai Afrika Utara. Pada masa beliaulah Andalusia mencapai masa keemasannya. Sedangkan dalam bidang militer dan pemerintahan, sejarah islam mengenal sosok Muhammad al-Fatih, Umar bin Abd al-Aziz, Salahuddin al-Ayyubi.
Dari sekian banyak pemuda islam yang tercatat dalam sejarah tinta emas kejayaan islam, Sultan Muhammad al-Fatih menjadi pemuda yang sangat menginspirasi penulis selain Rasulullah SAW.  Sultan Muhammad II atau Sultan Muhammad al-Fatih adalah putra Sultan Murad II. Ia telah diikutsertakan dalam berbagai peperangan sejak usia belasan tahun. Al-Fatih mendapat pendidikan Alquran di bawah bimbingan ulama ternama pada zaman itu, Syekh Ahmad bin Ismail al-Kurani. Selain itu Sultan Murad II juga meminta pada ulama lain untuk mengajarkan ilmu hadis, fikih, kemiliteran, sejarah, tatabahasa, dan sejumlah ilmu modern lainnya untuk al-Fatih.
Muhammad Al-Fatih naik takhta pada usia 21 tahun, kemudian berhasil menaklukkan Konstantinopel pada usia 23 tahun yaitu pada tahun 1453. Kepemimpinan beliau sudah tertuang dalam hadis Rasulullah sebagai sebaik-baiknya pemimpin dan pasukannya sebagai sebaik-baiknya pasukan.
Peran pemuda tidak terbatas dalam bidang kemiliteran, tetapi di bidang keilmuan. Tradisi ilmu inilah yang giat dikembangkan oleh para cendekiawan zaman dahulu. Ibnu Khaldun menyatakan bahwa subtansi peradaban islam terletak pada ilmu. Semua peradaban besar dibangun oleh kebangkitan tradisi ilmu. Tradisi ilmu yang dibangun oleh islam tentu berbeda dengan tradisi ilmu barat yang sekuler. Sejak zaman Rasulullah, pondasi utama dalam pendidikan islam yang utama sebelum memasukkan atau mempelajari ilmu-ilmu modern yaitu ilmu Alquran.
Berdasarkan hal di atas tentu kita bisa menyimpulkan pembeda antara pemuda zaman dulu dengan pemuda zaman sekarang. Salah satu pembedanya terletak pada tingkat kematangan baik kematangan ilmu maupun ketakwaannya. Sultan Muhammad al-Fatih sudah mempelajari ilmu Alquran dan ilmu-ilmu modern lainnya sejak usia muda. Selain itu pada usia 21 tahun beliau sudah mampu memimpin penaklukan Konstantinopel yang menjadi salah satu prestasi besar yang ditorehkan oleh pemuda. Sedangkan pada usia yang sama di masa sekarang, pemuda kita hari ini masih bergelut dengan tugas-tugas kuliah atau kegalauan hidup. Pemuda kita semakin ‘manja’ atau dimanjakan dengan berbagai kemudahan teknologi. Kemudian timbul pertanyaan di benak kita, bagaimana mencetak pemuda-pemuda dengan kematangan tinggi pada usia relatif muda?
Ada banyak faktor yang memengaruhi kematangan pemuda. Sistem pendidikan dan situasi zaman sangat berpengaruh. Kenyataannya, umat islam kini mulai mencari alternatif-alternatif sistem pendidikan yang efektif, tidak menghabiskan belasan tahun untuk mempelajari berbagai ilmu sekaligus memaksimalkan kemampuan peserta didik. Selain itu kemudahan teknologi juga sering disalahgunakan sehingga pemuda malas untuk bergerak dan berfikir sehingga menimbulkan kesenjangan terhadap tingkat usia kematangan yang cukup signifikan. Untuk mengatasi hal di atas, solusinya tetap mempertahankan pendidikan yang telah diterapkan sejak zaman Rasulullah SAW, dimulai dengan mempelajari ilmu Alquran dan mempelajari ilmu-ilmu modern lainnya. Bahkan sudah terbukti bahwa pendidikan islam telah berhasil menghasilkan sosok pemuda yang berkualitas seperti Muhammad al-Fatih.
Pemuda masa kini terutama pemuda islam tentu harus jeli menganalisis kekurangan di tengah umat.  Setiap zaman tentu memiliki tantangan yang berbeda-beda. Pada masa sekarang tantangannya berupa tantangan di bidang ekonomi, politik, budaya, dan ideologi. Harus ada pemuda yang ambil bagian dalam bidang ekonomi, politik, budaya, dan lain-lain. Sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya masing-masing.


0 komentar: