Oleh Acep Mulyana
Peran
guru merupakan faktor yang sangat dominan dan penting dalam pendidikan formal
pada umumnya karena bagi peserta didik guru sering dijadikan tokoh tauladan,
bahkan menjadi tokoh identifikasi diri.
Oleh karena itu, guru seyogyanya memiliki perilaku dan kompetensi yang memadai
untuk mengembangkan peserta didik secara utuh. Untuk melaksanakan tugasnya
secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai
hal terutama kompetensi kepribadian, sosial dan profesional.
Guru
yang kita kenali, mempunyai kedudukan yang khusus dalam masyarakat. Prilaku dan
penampilannya akan membekas dan banyak mewarnai kehidupan sekarang maupun kehidupan
masa yang akan datang. Guru banyak disanjung dan dipuji, tetapi adakalanya juga
dicemooh dan dicerca. Guru dapat tampil dalam berbagai wajah, dan diamati dalam
berbagai wajah pula. Poisisi guru yang khas di hadapan masyarakat dengan
beragam perhatian yang diberikan kepada guru tersebut, menuntut suatu
kompetensi yang lebih dibandingkan dengan profesi lain yang ada di masyarakat.
Peran
guru mendapat perhatian luas dari masyarakat, hal ini dedikasi yang tinggi dari
orang-orang yang berkecimpung di dunia keguruan. Kita selaku mahasiswa calon
guru yang telah bertekad untuk menggeluti dunia keguruan dituntut untuk
memahami hakikat profesi keguruan yang tidak lepas dari persoalan individu dan
sosial guru.
Pendidikan
yang dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran di sekolah memerlukan
kompetensi dalam arti luas yaitu standar kemampuan yang diperlukan untuk
menggambarkan kualifikasi seseorang baik secara kualitatif maupun kuantitatif
dalam melaksanakan tugasnya. Guru diharapkan pandai mengarahkan kegiatan
belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar sebagaimana yang telah
ditetapkan. Guru sebagai pendidik formal di sekolah, juga memiliki peranan yang
sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran di sekolah.
Selain
itu guru juga memikul tugas dan tanggung jawab yang sangat berat, terutama,
guru bahasa Indonesia dalam mengajar bidang studinya, karena guru bahasa
Indonesia dalam mengajar bukan hanya mengajar tetapi juga harus melaksanakan
pendidikan dan pembinaan. Tujuan menyampaikan materi bahasa Indonesia adalah
agar siswa mengenali ilmu bahasa secara mendetail serta siswa dapat menggunakan
bahasa yang baik dan benar, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Bahasa adalah ilmu yang terperinci, hidup dinamis, dan relevan sepanjang zaman.
Sudah seharusnya guru tersebut memiliki sikap motivator. Guru sebagai
pengontrol atas reaksi respom para siswa yang selalu berusaha untuk menarik
minat siswa dengan menggunakan macam-macam motivasi ekstrinsik.
Motivasi
ekstrinsik yang dimaksud yaitu suatu aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan
aktifitas belajar sendiri. Misalnya siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah
yang dijanjikan kepadanya, atau anak tekun belajar untuk menghindari hukuman
yang diancamkan kepadanya. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak
didik menemptakan tujuan belajaranya di luar faktor-faktor situasi belajar (resides
in some factor outside the learning situastion) anak didik belajar karena
hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya.
Motivasi
intrinsik diperlukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru yang
berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam
belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuk.
Motivasi ekstrinsik sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik
perhatian anak didik atau karena sikap tertentu pada guru atau orang tua.
Dalam hal ini kita harus memahami tentang
peran guru dalam proses pembelajaran di kelas untuk meningkatkan motivasi
sekaligus fasilitator dalam kegiatan pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan. Oleh karena itu guru dapat menjalankan perannya sebagai
fasilitator seyogyanya dapat memenuhi prinsip-prinsip belajar yang dikembangkan
dalam pendidikan, yaitu bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila;
1. Siswa
dapat mengambil secara penuh setiap aktivitas pembelajaran.
2. Apa
yang dipelajari bermanfaat dan praktis (usable).
3. Siswa
mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuan dan
keterampilannya dalam waktu yang cukup.
4. Pembelajaran
dapat dipertimbangkan dan disesuaikan dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya
dan daya fikir siswa.
5. Terbina
saling pengertian, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan guru.
Berdasarkan
hal di atas jika dikaitkan dengan pembelajaran bahasa Indonesia untuk
mememenuhi pembelajaran yang efektif maka diperlukan prosedur yang tepat agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal sehingga dampak belajar dapat
diperoleh oleh peserta didik. Oleh karena itu guru harus pandai memilih media
serta model pembelajaran yang dapat menarik peserta didik sesuai dengan
kebutuhannya. Salah satu media pembelajaran yang baik dan berkarakter dapat
dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah musik dan lagu. Melalui
pebelajaran ini, materi pembelajaran dapat disajikan dengan efektif, menarik,
dan berkarakter sehingga siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
baik serta memiliki nilai-nilai dan karkter bangsa.
Musik
dan lagu adalah perpaduan syair lagu dan musik sehingga indah terdengar di
telinga. Setiap siswa tentu akan senang mendengarkan lagu karena lagu merupakan
hiburan yang murah dan mudah didapat. Hanya dengan berselancar di internet,
puluhan lagu bisa diperoleh dalam waktu sekejap.
Di
tingkat SMA terdapat beberapa materi yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa
Indonesia yang dapat menggunakan musik dan lagu sebagai media pembelajaran
berkarakter. Materi tersebut yaitu menulis paragraf, narasi, deskripsi, penulisan
puisi, menulis cerpen dan kebahasaan seperti sinonim dan antonim kata, serta
gaya bahasa.
Adapun
langkah-langkah yang dapat dijadikan musik dan lagu sebagai media pembelajaran
berkarakter dalam pembelajaran bahasa Indonesai adalah sebagai berikut:
1. Untuk
pembelajaran menulis paragraf deskripsi dan narasi, guru dapat memutarkan lagu
sarjana muda dari Iwan Fals. Dalam lagu terdapat gambaran atau deskripsi
seorang sarjana muda dengan jaket lusuh berjalan di tengah hirup pikuk kota
mencari pekerjaan. Siswa dapat menceritakan kisah hidup seorang sarjana yang
berjuang mencari kerja demi berbakti kepada orang tuanya. Selain itu lagu
tersebut dapat pula dijadikan media pembelajaran menulis cerpen tentang
kehidupan orang lain (materi bahasa Indonesia di kelas XII SMA). Materi
pembelajaran ini berisi nila-nilai budaya dan karakter bangsa yaitu nilai kerja
keras, jujur, kreativitas, dan cinta damai.
2. Untuk
materi pembelajaran menulis puisi, dapat diputarkan lagu berita kepada kawan
atau ayah oleh Ebit G Ade. Dalam lagu tersebut terdapat syair yang berbicara
derita bencana alam dan syair tentang ayah yang berjuang keras menghidupi keluarganya.
Hal ini dapat dijadikan sebagai jembatan inspirasi bagi siswa dalam menulis
puisi dalam lingkungan hidup dan puisi tentang sang ayah yang membanting tulang
demi membiayai sekolah anak-anaknya, kegiatan pembelajaran ini juga mengandung
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yakni cinta lingkungan, cinta keindahan,
cinta keberihan, cinta keluarga, dan kerja keras.
3. Untuk
menentukan kebahasaan seperti menentukan antonim dan sinonim kata, dan gaya
bahasa, dapat diperdengarkan lagu Harus Terpisah oleh Cakra Khan. Dalam lagu
tersebut terdapat beberapa antonim kata misalnya menangis; tersenyum; berlari;
terdiam; berduka; bahagia. Juga terdapat gaya bahasa reduplikasi,
personifikasi, dan paradoks. Guru dapat memutarkan lagu tersebut dan meminta
siswa mengidentifikasi kata yang berantonim. Selain itu guru juga dapat meminta
siswa menentukan jenis gaya bahasa yang terdapat dalam lagu tersebut.
Berdasarkan
pembahasan di atas, maka dalam meningkatkan motivasi belajar seorang anak,
seorang guru atau tenaga pembelajar tidak hanya berfungsi memberikan informasi
dan pengarahan bagi seluruh aktivitas siswa, tetapi juga berfungsi sebagai
motivator dan fasilitator. Guru sebagai motivator dan fasilitator harus dapat
memberikan dorongan pada siswa untuk mengembangkan inisiatif dan rasa ingin
tahunya sekaligus harus dapat memfasilitasi kebutuhan para muridnya.
DAFTAR PUSTAKA
Satori,
Djaman. 2010. Profesi Keguruan.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Suyatno.
2007. Teknik pembelajaran Bahasa dan Sastra.
Surabaya : SIC.