Friday, July 3, 2015

GURU SEBAGAI MOTIVATOR DAN FASILITATOR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESA


Oleh Acep Mulyana
Peran guru merupakan faktor yang sangat dominan dan penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi peserta didik guru sering dijadikan tokoh tauladan, bahkan menjadi tokoh  identifikasi diri. Oleh karena itu, guru seyogyanya memiliki perilaku dan kompetensi yang memadai untuk mengembangkan peserta didik secara utuh. Untuk melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal terutama kompetensi kepribadian, sosial dan profesional.
Guru yang kita kenali, mempunyai kedudukan yang khusus dalam masyarakat. Prilaku dan penampilannya akan membekas dan banyak mewarnai kehidupan sekarang maupun kehidupan masa yang akan datang. Guru banyak disanjung dan dipuji, tetapi adakalanya juga dicemooh dan dicerca. Guru dapat tampil dalam berbagai wajah, dan diamati dalam berbagai wajah pula. Poisisi guru yang khas di hadapan masyarakat dengan beragam perhatian yang diberikan kepada guru tersebut, menuntut suatu kompetensi yang lebih dibandingkan dengan profesi lain yang ada di masyarakat.
Peran guru mendapat perhatian luas dari masyarakat, hal ini dedikasi yang tinggi dari orang-orang yang berkecimpung di dunia keguruan. Kita selaku mahasiswa calon guru yang telah bertekad untuk menggeluti dunia keguruan dituntut untuk memahami hakikat profesi keguruan yang tidak lepas dari persoalan individu dan sosial guru.
Pendidikan yang dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran di sekolah memerlukan kompetensi dalam arti luas yaitu standar kemampuan yang diperlukan untuk menggambarkan kualifikasi seseorang baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam melaksanakan tugasnya. Guru diharapkan pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar sebagaimana yang telah ditetapkan. Guru sebagai pendidik formal di sekolah, juga memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran di sekolah.
Selain itu guru juga memikul tugas dan tanggung jawab yang sangat berat, terutama, guru bahasa Indonesia dalam mengajar bidang studinya, karena guru bahasa Indonesia dalam mengajar bukan hanya mengajar tetapi juga harus melaksanakan pendidikan dan pembinaan. Tujuan menyampaikan materi bahasa Indonesia adalah agar siswa mengenali ilmu bahasa secara mendetail serta siswa dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Bahasa adalah ilmu yang terperinci, hidup dinamis, dan relevan sepanjang zaman. Sudah seharusnya guru tersebut memiliki sikap motivator. Guru sebagai pengontrol atas reaksi respom para siswa yang selalu berusaha untuk menarik minat siswa dengan menggunakan macam-macam motivasi ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik yang dimaksud yaitu suatu aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar sendiri. Misalnya siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang dijanjikan kepadanya, atau anak tekun belajar untuk menghindari hukuman yang diancamkan kepadanya. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menemptakan tujuan belajaranya di luar faktor-faktor situasi belajar  (resides in some factor outside the learning situastion) anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya.
Motivasi intrinsik diperlukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuk. Motivasi ekstrinsik sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian anak didik atau karena sikap tertentu pada guru atau orang tua.
 Dalam hal ini kita harus memahami tentang peran guru dalam proses pembelajaran di kelas untuk meningkatkan motivasi sekaligus fasilitator dalam kegiatan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Oleh karena itu guru dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator seyogyanya dapat memenuhi prinsip-prinsip belajar yang dikembangkan dalam pendidikan, yaitu bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila;
1.      Siswa dapat mengambil secara penuh setiap aktivitas pembelajaran.
2.      Apa yang dipelajari bermanfaat dan praktis (usable).
3.      Siswa mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuan dan keterampilannya dalam waktu yang cukup.
4.      Pembelajaran dapat dipertimbangkan dan disesuaikan dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya dan daya fikir siswa.
5.      Terbina saling pengertian, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan guru.
Berdasarkan hal di atas jika dikaitkan dengan pembelajaran bahasa Indonesia untuk mememenuhi pembelajaran yang efektif maka diperlukan prosedur yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal sehingga dampak belajar dapat diperoleh oleh peserta didik. Oleh karena itu guru harus pandai memilih media serta model pembelajaran yang dapat menarik peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. Salah satu media pembelajaran yang baik dan berkarakter dapat dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah musik dan lagu. Melalui pebelajaran ini, materi pembelajaran dapat disajikan dengan efektif, menarik, dan berkarakter sehingga siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik serta memiliki nilai-nilai dan karkter bangsa.
Musik dan lagu adalah perpaduan syair lagu dan musik sehingga indah terdengar di telinga. Setiap siswa tentu akan senang mendengarkan lagu karena lagu merupakan hiburan yang murah dan mudah didapat. Hanya dengan berselancar di internet, puluhan lagu bisa diperoleh dalam waktu sekejap.
Di tingkat SMA terdapat beberapa materi yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia yang dapat menggunakan musik dan lagu sebagai media pembelajaran berkarakter. Materi tersebut yaitu menulis paragraf, narasi, deskripsi, penulisan puisi, menulis cerpen dan kebahasaan seperti sinonim dan antonim kata, serta gaya bahasa.
Adapun langkah-langkah yang dapat dijadikan musik dan lagu sebagai media pembelajaran berkarakter dalam pembelajaran bahasa Indonesai adalah sebagai berikut: 
1.      Untuk pembelajaran menulis paragraf deskripsi dan narasi, guru dapat memutarkan lagu sarjana muda dari Iwan Fals. Dalam lagu terdapat gambaran atau deskripsi seorang sarjana muda dengan jaket lusuh berjalan di tengah hirup pikuk kota mencari pekerjaan. Siswa dapat menceritakan kisah hidup seorang sarjana yang berjuang mencari kerja demi berbakti kepada orang tuanya. Selain itu lagu tersebut dapat pula dijadikan media pembelajaran menulis cerpen tentang kehidupan orang lain (materi bahasa Indonesia di kelas XII SMA). Materi pembelajaran ini berisi nila-nilai budaya dan karakter bangsa yaitu nilai kerja keras, jujur, kreativitas, dan cinta damai.
2.      Untuk materi pembelajaran menulis puisi, dapat diputarkan lagu berita kepada kawan atau ayah oleh Ebit G Ade. Dalam lagu tersebut terdapat syair yang berbicara derita bencana alam dan syair tentang ayah yang berjuang keras menghidupi keluarganya. Hal ini dapat dijadikan sebagai jembatan inspirasi bagi siswa dalam menulis puisi dalam lingkungan hidup dan puisi tentang sang ayah yang membanting tulang demi membiayai sekolah anak-anaknya,  kegiatan pembelajaran ini juga mengandung nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yakni cinta lingkungan, cinta keindahan, cinta keberihan, cinta keluarga, dan kerja keras.
3.      Untuk menentukan kebahasaan seperti menentukan antonim dan sinonim kata, dan gaya bahasa, dapat diperdengarkan lagu Harus Terpisah oleh Cakra Khan. Dalam lagu tersebut terdapat beberapa antonim kata misalnya menangis; tersenyum; berlari; terdiam; berduka; bahagia. Juga terdapat gaya bahasa reduplikasi, personifikasi, dan paradoks. Guru dapat memutarkan lagu tersebut dan meminta siswa mengidentifikasi kata yang berantonim. Selain itu guru juga dapat meminta siswa menentukan jenis gaya bahasa yang terdapat dalam lagu tersebut.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dalam meningkatkan motivasi belajar seorang anak, seorang guru atau tenaga pembelajar tidak hanya berfungsi memberikan informasi dan pengarahan bagi seluruh aktivitas siswa, tetapi juga berfungsi sebagai motivator dan fasilitator. Guru sebagai motivator dan fasilitator harus dapat memberikan dorongan pada siswa untuk mengembangkan inisiatif dan rasa ingin tahunya sekaligus harus dapat memfasilitasi kebutuhan para muridnya.

DAFTAR PUSTAKA
Satori, Djaman. 2010. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suyatno. 2007. Teknik pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya : SIC.


0 komentar: