Tuesday, January 19, 2016

Khusnul Khatimah



Kematian merupakan misteri yang tidak dapat diketahui oleh siapapun termasuk Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman dalam Alquran bahwa setiap yang bernyawa pasti akan meninggal. Misteri kematian hanya menjadi milik Allah SWT. Tidak ada satu pun orang akan mengetahui seperti apa akhir perjalanan hidupnya di dunia. Apakah akan menjadi baik atau menjadi buruk.

Khusnul khatimah merupakan keadaan dimana umat muslim yang meninggal dalam kondisi yang baik. Contohnya ketika sedang melaksanakan sholat, membaca Alquran, berinfak, bersedekah, dan segala amalan baik lainnya. Selain itu muslim tersebut juga meninggal dalam kondisi membawa keimanan kepada Allah SWT. Tentu hal ini menjadi keinginan semua umat muslim di dunia ini.
Rasulullah bersabda “Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hamba-Nya, Allah akan memanfaatkannya. Kemudian para sahabat bertanya, bagaimana Allah akan memanfaatkannya? Rasulullah menjawab, Allah akan memberikannya taufik untuk beramal saleh sebelum dia meninggal.” (HR Imam Ahmad).

Ada beberapa faktor yang bisa mendatangkan khusnul khatimah, diantaranya yang pertama ketaatan dan ketakwaan pada Allah SWT, terutama menjauhi syirik. “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS an-Nisa [4]:48).
Kedua, berdoa agar Allah memberikan rahmat berupa khusnul khatimah, memanggil kita dalam kondisi beriman kepada-Nya.  Doa yang bisa dipanjatkan, antara lain, “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh dan panggillah aku dalam keadaan khusnul khatimah.

Tugas kita sebagai manusia yang lemah dan tidak berdaya ini adalah berusaha bagaimana agar bisa mendapatkan pertolongan dari Allah SWT dari awal kehidupan sampai akhir kehidupan kita. Karena, sesungguhnya kesuksesan seorang hamba bukan ketika hidup, melainkan pada penghujung hidupnya dan karena Dialah pemilik hati sesungguhnya. “Sesungguhnya kalbu-kalbu keturunan anak Adam berada di antara dua jari dari jari-jari Allah laksana satu hati, Allah membolak-balikkannya sesuai kehendak-Nya.” (HR Muslim dari Abdullah bin Amr RA). Walohualam. .

PERAN PEMUDA DI TENGAH TANTANGAN ZAMAN

Pemuda identik dengan sosoknya yang dianggap sebagai agen perubahan atau agent of change. Tentu pemuda memiliki peran yang sentral dalam pembangunan. Pemuda dianggap sebagai penerus warisan kepemimpinan dan simbol harapan untuk perubahan di masa yang akan datang. Bung Karno pernah berkata, “berikan aku sepuluh pemuda, maka aku akan guncangkan dunia”. Betapa besar harapan pendahulu kita pada para pemuda.
Tengoklah pada masa kekhalifahan islam, sejarah mencatat banyak pemuda hebat yang berkontribusi besar pada kemajuan islam. Abdurrahman An-Nashir tercatat sebagai salah satu khalifah termuda yang naik takhta pada masa Dinasti Umayyah di Andalusia, Spanyol pada usia 22 tahun. Beliau menyatakan diri sebagai khalifah setelah beliau berhasil memperluas daerah kekuasaannya sampai Afrika Utara. Pada masa beliaulah Andalusia mencapai masa keemasannya. Sedangkan dalam bidang militer dan pemerintahan, sejarah islam mengenal sosok Muhammad al-Fatih, Umar bin Abd al-Aziz, Salahuddin al-Ayyubi.
Dari sekian banyak pemuda islam yang tercatat dalam sejarah tinta emas kejayaan islam, Sultan Muhammad al-Fatih menjadi pemuda yang sangat menginspirasi penulis selain Rasulullah SAW.  Sultan Muhammad II atau Sultan Muhammad al-Fatih adalah putra Sultan Murad II. Ia telah diikutsertakan dalam berbagai peperangan sejak usia belasan tahun. Al-Fatih mendapat pendidikan Alquran di bawah bimbingan ulama ternama pada zaman itu, Syekh Ahmad bin Ismail al-Kurani. Selain itu Sultan Murad II juga meminta pada ulama lain untuk mengajarkan ilmu hadis, fikih, kemiliteran, sejarah, tatabahasa, dan sejumlah ilmu modern lainnya untuk al-Fatih.
Muhammad Al-Fatih naik takhta pada usia 21 tahun, kemudian berhasil menaklukkan Konstantinopel pada usia 23 tahun yaitu pada tahun 1453. Kepemimpinan beliau sudah tertuang dalam hadis Rasulullah sebagai sebaik-baiknya pemimpin dan pasukannya sebagai sebaik-baiknya pasukan.
Peran pemuda tidak terbatas dalam bidang kemiliteran, tetapi di bidang keilmuan. Tradisi ilmu inilah yang giat dikembangkan oleh para cendekiawan zaman dahulu. Ibnu Khaldun menyatakan bahwa subtansi peradaban islam terletak pada ilmu. Semua peradaban besar dibangun oleh kebangkitan tradisi ilmu. Tradisi ilmu yang dibangun oleh islam tentu berbeda dengan tradisi ilmu barat yang sekuler. Sejak zaman Rasulullah, pondasi utama dalam pendidikan islam yang utama sebelum memasukkan atau mempelajari ilmu-ilmu modern yaitu ilmu Alquran.
Berdasarkan hal di atas tentu kita bisa menyimpulkan pembeda antara pemuda zaman dulu dengan pemuda zaman sekarang. Salah satu pembedanya terletak pada tingkat kematangan baik kematangan ilmu maupun ketakwaannya. Sultan Muhammad al-Fatih sudah mempelajari ilmu Alquran dan ilmu-ilmu modern lainnya sejak usia muda. Selain itu pada usia 21 tahun beliau sudah mampu memimpin penaklukan Konstantinopel yang menjadi salah satu prestasi besar yang ditorehkan oleh pemuda. Sedangkan pada usia yang sama di masa sekarang, pemuda kita hari ini masih bergelut dengan tugas-tugas kuliah atau kegalauan hidup. Pemuda kita semakin ‘manja’ atau dimanjakan dengan berbagai kemudahan teknologi. Kemudian timbul pertanyaan di benak kita, bagaimana mencetak pemuda-pemuda dengan kematangan tinggi pada usia relatif muda?
Ada banyak faktor yang memengaruhi kematangan pemuda. Sistem pendidikan dan situasi zaman sangat berpengaruh. Kenyataannya, umat islam kini mulai mencari alternatif-alternatif sistem pendidikan yang efektif, tidak menghabiskan belasan tahun untuk mempelajari berbagai ilmu sekaligus memaksimalkan kemampuan peserta didik. Selain itu kemudahan teknologi juga sering disalahgunakan sehingga pemuda malas untuk bergerak dan berfikir sehingga menimbulkan kesenjangan terhadap tingkat usia kematangan yang cukup signifikan. Untuk mengatasi hal di atas, solusinya tetap mempertahankan pendidikan yang telah diterapkan sejak zaman Rasulullah SAW, dimulai dengan mempelajari ilmu Alquran dan mempelajari ilmu-ilmu modern lainnya. Bahkan sudah terbukti bahwa pendidikan islam telah berhasil menghasilkan sosok pemuda yang berkualitas seperti Muhammad al-Fatih.
Pemuda masa kini terutama pemuda islam tentu harus jeli menganalisis kekurangan di tengah umat.  Setiap zaman tentu memiliki tantangan yang berbeda-beda. Pada masa sekarang tantangannya berupa tantangan di bidang ekonomi, politik, budaya, dan ideologi. Harus ada pemuda yang ambil bagian dalam bidang ekonomi, politik, budaya, dan lain-lain. Sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya masing-masing.


Monday, January 11, 2016

Tips Menemukan Gaya Belajar Efektif



Pernahkah sobat, kalian merasa bingung ketika akan memulai pembelajaran? Atau ketika sudah belajar berkali-kali namun materi yang sudah dipelajari tidak dipahami, bahkan seringkali lupa? Apakah ada yang salah dengan metode belajarmu? Jawabannya tentu tidak, kenapa? karena setiap orang memiliki cara dan metode belajar yang berbeda, namun seringkali kita tidak mengetahui metode belajar yang tepat dan sesuai dengan karakter kita. Nah, kali ini saya akan mengenalkan gaya belajar efektif sesuai dengan gaya belajar yang baik dan benar.

1. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual merupakan gaya belajar yang menggunakan penglihatan dengan panca indra mata sebagai kuncinya, ia akan memahami pelajaran dengan cara melihat baik itu berupa gambar, diagram, tabel, tulisan atau video. Biasanya orang seperti ini akan menyerap informasi saat mereka melihat atau membacanya langsung. Jika di dalam kelas biasanya orang seperti ini akan lebih memahami materi pelajaran melalui alat peraga berupa power point, tayangan video serta alat bantu lainnya yang dapat dilihat. Ketika ia berbicara biasanya selalu membayangkan gambar dalam pikirannya. Supaya kita mengenal ciri-ciri orang yang menggunakan gaya belajar visual, saya akan merangkum ke dalam sebuah tabel berikut ini:
Ciri-Ciri Orang Visual
Media Belajar
Strategi Belajar
-          Suka membaca
-          Selalu mengingat dari apa yang dilihat
-          Menyukai seni lukis atau gambar-gambar indah
-          Cenderung melihat sikap, gerakan dan bibir guru ketika belajar.
-          Menyukai peragaan daripada penjelasan lisan, selalu membuat ringkasan dalam belajar, dan lebih suka demontrasi daripada berpidato.
-          Mahasiswa perencana dan selalu mengatur jangka panjang.
-          Buku yang bergambar
-          Video dan komputer
-          Poster atau tulisan
-          Grafik dan tabel
-          Simbol-simbol visual
-          Flow chart
-          Diagram dan buku catatan
-          Menggunakan spidol atau stabilo warna untuk menandai materi
-          Membayangkan materi yang dipahami
-          Mengganti kata-kata dengan simbol visual atau gambar
-          Mencatat dan meringkas materi yang dipelajari

2. Gaya Belajar Auditori
Gaya belajar auditori merupakan gaya belajar seseorang yang cenderung menggunakan alat pendengaran yaitu telinga sebagai kuncinya. Orang seperti ini akan cepat memahami informasi yang disampaikan guru melalui pnjelasan atau perkataan. Biasanya mereka lebih cenderung menyukai berbicara dan bertanya ketika dalam proses pembelajaran berlangsung. Mereka akan memahami suatu informasi atau pelajaran berdasarkan apa yang didengar. Supaya mudah memahi ciri-ciri orang yang memiliki watak auditori, berikut saya jelaskan dalam sebuah tabel.

Ciri-Ciri Orang Auditori
Media Belajar
Strategi Belajar
-          Suka berbicara dalam belajar
-          Suka bercerita
-          Menyukai musik
-          Menggerakan bibir dan selalau mengucap tulisan saat membaca
-          Menyukai tempat yang sunyi jauh dari keributan
-          Selalu mengingat dengan baik apa yang ia katakan dan orang lain katakan
-          Menyukai diskusi
-          Diskusi
-          Menggunakan perekam
-          Materi pelajaran yang dapat dijelaskan
-          Merekam ringkasan yang telah dibahas
-          Membahas topik atau ide-ide baru bersama teman-teman atau guru
-          Meminta teman untuk mendengarkan pemahaman materi melalui penjelasan
-          Mencari tempat yang nyaman dan jauh dari keramaian
-          Menggunakan musik saat belajar
-          Membaca materi dengan bersuara
-          Membuat kelompok diskusi
-          Selalu bertanya melalui penjelasan verbal lebih jauh

3. Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik merupakan gaya belajar seseorang yang mengikutsertakan fisik dengan cara menggerakan bagian tubuh tertentu. Orang tersebut akan memahami informasi atau materi pelajaran dengan cara melakukan gerakan, sentuhan atau emosi. Biasanya orang seperti ini suka berfikir sambil berjalan, berbicara sambil menggerakan tangan atau anggota tubuh, serta suka menyentuh sesuatu yang ditemukannya ketika belajar sedang berlangsung. Inilah keunikan belajar dengan gaya kinestetik, terkadang ia tidak pandai diam saat pembelajaran berlangsung, namun dapat memahami dengan cara yang dianggap nyaman oleh dirinya sediri. Berikut ciri-cirinya:

Ciri-Ciri Orang Auditori
Media Belajar
Strategi Belajar
-          Selalu ingin bergerak
-          Dalam mengerjakan seseuatu atau menjelaskan materi selalu disertai dengan gerakan tangan yang aktif.
-          Menyukai aktifitas fisik
-          Mengunakan objek nyata dalam belajar
-          Senang bermain dengan benda-benda yang ada di sekitarnya

-          Menghapal dengan cara berjalan
-          Peraktik lapangan
-          Laboratorium
-          Menggunakan seluruh panca indra
-          Belajar sambil bergerak
-          Belajar sambil mendengarkan musik
-          Belajar dengan praktik
-          Mengingat kejadian nyata yang dialaminya
-          Belajar dengan contoh yang nyata
-          Mengingat dengan eksperimen atau kembali ke laboratorium
-          Belajar dengan menyertakan lingkungan sekitar


Itulah ketiga gaya belajar yang harus kita ketahui dan diterapkan sebagai alternatif untuk memudahkan kita dalam proses pembelajaran. Meskipun masing-masing gaya belajar tersebut memiliki keunikan tersendiri, tetapi kita harus menemukan gaya belajar mana yang  sekiranya cocok dan merasa nyaman dengan kebiasaan kita. Dengan demikian kita akan mudah memahami materi pelajaran dan informasi dalam meningkatkan prestasi belajar kita. Kuncinya adalah kita harus menemukan terlebih dahulu gaya belajar yang tepat dan sesuai dengan karakter kita, apakah menggunakan visul, auditorial maupun kinestetik.  Selamat mencoba!