Pemilihan Model Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Dalam
proses pembelajaran bahasa, diperlukan kreativitas guru dalam memilih dan
memadukan beberapa metode dan teknik pembelajaran. Oleh karena itu para guru
bahasa dan calon guru bahasa tentunya wajib memiliki pengetahuan dan pemahaman
berbagai pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran bahasa. Dalam kegiatan
belajar mengajar diperlukan model, pendekatan, metode maupun teknik
pembelajaran yang bisa menggugah dan merangsang siswa untuk aktif dalam
kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia.
Model
pembelajaran merupakan sesuatu hal yang mutlak untuk digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, terutama pembelajaran bahasa. Model pembelajaran dalam hal ini
mengacu kepada tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Model pembelajaran
diibaratkan perantara atau senjata yang digunakan oleh guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran yaitu menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran dan
menguasai kompetensi tertentu. Penulis mengerucutkan dan membatasi pembahasan
karena luasnya cakupan model pembelajaran. Dalam hal ini penulis tentu
membatasi pembahasan yaitu model pembelajaran bahasa. Adanya model pembelajaran
bahasa diperuntukan agar siswa mencapai kompetensi dan meningkatkan
kemampuannya dalam berbahasa agar bisa diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Adapun yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran bahasa adalah
dengan menguasai empat aspek kebahasaan yang terdiri atas membaca, menulis,
menyimak, dan berbicara.
Seiring
dengan perkembangan zaman dan semakin canggihnya perkembangan teknologi di masa
ini tentu perkembangan berbagai model pembelajaran semakin berkembang dan
semakin banyak variasi yang bisa digunakan guru untuk kegiatan belajar
mengajar. Model pembelajaran yang saat ini berkembang diantaranya; model
inkuiri, model kooperatif, model pembelajaran berbasis proyek, model
pembelajaran berbasis masalah, dan sebagainya.
Model
pembelajaran yang telah saya sebutkan diatas bisa dikombinasikan dengan
berbagai metode pengajaran yang umum seperti metode ceramah, diskusi, tanya
jawab, diskusi kelompok dan sebagainya. Selain itu bisa dikombinasikan dengan
metode pengajaran bahasa Indonesia yang secara lebih spesifik dan khusus
digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Ada beberapa metode pengajaran
bahasa Indonesia yang bisa digunakan oleh guru bahasa Indonesia diantaranya:
1.
Metode Gramatika Terjemahan (Grammar Translation Method)
Metode ini bisa dikatakan sebagai metode
tradisional karena sudah berkembang sejak zaman romawi. Metode terjemahan
adalah salah satu teknik untuk menunjukkan makna dalam bahasa asing. Biasanya
bahasa kedua dan bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua di Indonesia. Ciri-ciri
metode ini menekankan pada pelajaran tulis agar
mampu membaca (membaca sastra) dalam bahasa tulis itu. Selain itu
penekanannya hanya pada membaca, mengarang, dan terjemahan. Sedangkan berbicara
dan menyimak kurang diperhatikan. Adapun langkah-langkah pembelajarannya guru
memulainya dengan memberikan definisi jenis kata, kaidah dan hal yang harus
dihafalkan dalam bahasa sumber. Kemudian guru melatih belajar dalam terjemahan
kalimat kemudian paragraf. Kemudian guru memberi daftar kosakata untuk
dihafalkan. Kemudian guru memberikan pekerjaan rumah berupa persiapan
terjemahan dari halaman buku sumber untuk dibicarakan pada pertemuan berikutnya.
Adapun kelebihan metode ini adalah praktis dan tidak memerlukan banyak biaya
serta tenaga. Selain itu mdah digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
Kemudian siswa mahir menerjemahkan bahasa tulis dan dapat menguasai arti serta
kata yang diajarkan. Adapun kelemahan
metode ini adalah analisis tata bahasa akan membuat siswa kebingungan karena
rumitnya analisis tata bahasa tersebut. Selain itu siswa hanya menguasai ragam
bahasa sastra saja. Kemudian siswa menghafalkan kaidah-kaidah bahasa yang
disajikan secara preskriptif. Dalam hal ini apa yang dikatakan benar belum
tentu benar.
2.
Metode
Audiolingual
Metode ini muncul di Amerika Serikat
atas anjuran Coleman. Metode ini
menekankan pemahaman teks-teks bahasa kedua. Metode ini mencapai puncak kejayaannya
pada tahun 1951-an sampai tahun 1960-an.
Pendekatan audiolingual (pendengaran dan berbicara) memiliki beberapa prinsip,
diantaranya proses belajarnya adalah menyimak, berbicara, lalu membaca, dan
akhirnya mengarang. Kemudian semua unsur tata bahasa harus disajikan dari yang
mudah ke yang sukar. Adapun langkah-langkahnya adalah penyajian bacaan dengan
cara dibacakan guru berulang kali dan siswa menyimak tanpa teks. Kemudian
penggunaan teknik meniru dan menghafal. Kemudian penyajian pola-pola kalimat
yang dianggap sukar dalam bacaan dilatih oleh teknik drill (mengulang dan mengucapkan suatu pola kalimat tanpa
kesalahan). Kemudian siswa yang sudah hafal disuruh untuk memeragakannya di
depan kelas. Kemudian metode ini memiliki kelebihan diantaranya siswa terampil
dalam membuat kalimat yang sudah di-drill.
Selain itu siswa mempunyai lafal yang baik. Namun memiliki beberapa kelemahan
diantaranya siswa tidak diberi latihan untuk menemukan makna-makna kalimat yang
dilatihkan. Selain itu siswa tidak berperan aktif melainkan hanya aktif
merespon rangsangan guru.
Selain
kedua metode diatas tentu masih banyak metode yang bisa digunakan dan
diaplikasikan dalam pembelajaran seperti metode SAS (Struktur Analisis
Sintetis), Metode Sugestopedia, metode langsung, dan sebagainya.
Ada
beberapa model-model pembelajaran bahasa yang berkembang saat ini seperti model
pembelajaran NHT, model pembelajaran Jigsaw, model pembelajaran Fairing Line, model pembelajaran mencari
pasangan, model pembelajaran kunjung karya, model pembelajaran Brainstorming, model pembelajaran dua
tinggal dua tamu, dan sebagainya.
Contoh
model metode Discovery-inquiry yang
bisa diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah Invitation
into inquiry dan modified discovery
inquiry. Kedua jenis metode ini merupakan jenis-jenis dari model discovery-inquiry yang bisa diterapkan
di perguruan tinggi karena menuntut proses berpikir siswa yang lebih rumit dari
tingkat SMP. Siswa harus terbiasa memecahkan permasalahan beserta mencari
solusi untuk menyelesaikan problema yang dihadapi dengan jalan
mengidentifikasi, merumuskan problema yang dihadapi.
Selain
itu jenis lain dari metode discovery-inquiry
yaitu free inquiry dimana siswa harus
mengidentifikasi dan merumuskan jenis problema yang dihadapi. Biasanya
pertanyaan-pertanyaannya biasanya mengacu pada permasalahan-permasalahan yang
harus diselidiki dan yang ingin diselesaikan. Kemudian ada yang disebut dengan invitation into inquiry. Metode ini
melibatkan siswa untuk dalam menyelesaikan permasalahan melalui
pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara hat-hati dan mengajak siswa merancang
eksperimen, merumuskan hipotesis, menetapkan kontrol, menentukan sebab akibat,
menginterpretasi data, kemudian menentukan kesimpulan.
Kemudian
yang selanjutnya ada yang disebut dengan inquiry
role approach. Inquiry role approach
merupakan kegiatan proses belajar mengajar yang melibatkan siswa dalam
kelompok-kelompok yang masing-masing ada 4 orang. Setiap anggota berperan
sebagai koordinator, advisor, recorder, dan evaluator. Biasanya metode ini
digunakan dalam kegiatan diskusi, seminar, dan simposium. Sejak SMA kegiatan
seperti ini sudah dilatihkan pada siswa. Guru melontarkan permasalahan yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang sifatnya aktual.
Dari
berbagai model pembelajaran yang ditunjang dengan berbagai metode pembelajaran
yang telah penulis sebutkan diatas tentu memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Keberhasilan suatu pembelajaran bukan hanya ditentukan dari baik atau tidaknya model pembelajaran
bahasa Indonesia melainkan bagaimana kompetensi guru dalam menggunakan model
pembelajaran bahasa Indonesia tersebut. Apabila guru tidak terampil atau salah
dalam memilih model pembelajaran maka pembelajaran bahasa Indonesia tidak akan
berjalan maksimal seperti yang diharapkan. Dengan adanya tulisan ini mudah-mudahan menjadi sebuah
manfaat yang besar baik untuk guru bahasa Indonesia maupun untuk calon guru
bahasa Indonesia agar memiliki kompetensi yang diharapkan serta memudahkan
untuk tercapainya pembelajaran bahasa Indonesia yang telah diharapkan yaitu
siswa terampil dalam berbahasa Indonesia serta menguasai keterampilan empat aspek
kebahasaan yaitu membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.
Daftar Pustaka
Hidayat,
Kosadi. 1995. Perencanaan Pengajaran
Bahasa Indonesia. Bandung: Binacipta.
Sanjaya,
Wina. 2010. Strategi Belajar Mengajar
Berorientasi Pada Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.