Tuesday, May 26, 2015

PENYESALAN

https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1504282192014176456#editor/target=post;postID=3012201192900285993;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=0;src=link

            Di bawah terangnya langit dalam kegelapan jiwa, di atas bumi ini aku berpijak dengan waktu yang masih tersisa. Sejenak ku termenung duduk termangu secara perlahan, terlintas bayang-bayang yang menyelimuti pikirku seakan membuat tubuh ini semakin roboh dan kaku. Aku tertatih-tatih dengan suara lirih seakan tak tahu bagaimana melangkah dan lari dari bayangan semu.
Sejenak ku coba memejamkan mata, tapi pikirku masih berinteraksi dengan kehidupan masa lalu yang begitu kelam seakan jika diingat kembali hanya akan melahirkan penyesalan. Astagfirullahaladzim, kembali aku memohon ampun Ya Rab! Kenapa sampai berbuat demikian? kejujuran yang terdengar lewat suara hati, berbisik membenarkan atas apa yang kuperbuat selama ini. Tanpa sadar, ternyata aku telah terjebak oleh kedustaan, terbawa nafsu yang menggumpal dalam dada, terjerembab dalam kehinaan. Aku seperti tak berarti apa-apa setelah tersadar sisa usiaku sedikit demi sedikit mulai berkurang. Padahal masih banyak hal yang ingin ku gapai. Masih ada cita-cita dan harapan untuk melangkah lebih jauh.  Namun keterbatasanku untuk berfikir semakin berkurang. Oleh karena itu aku mencoba sedikit-demi sedikit bangkit menenangkan diri, merenungkan dan bermuhasabah apa yang telah diperbuat selama ini. ya Rabb, ternyata begitu malu diriku ini.

Helayan nafas yang ku hembus, alunan kaki yang ku langkahkan, tangan yang ku ayunkan serta bagian tubuhku yang kupakai hanyalah selintas bayangan kedzoliman. Kenapa ya Rabb bisa terjadi demikian? Aku tak bisa menyalahkan siapa-siapa, ini salahku yang tak menanam ilmu-ilmu kehidupan, andai saja masa kecilku digunakan untuk mencari ilmu, mungkin hari ini tak akan menyesal sedalam ini. Aku malu, malu atas apa yang ku perbuat selama ini. Sekarang aku hanya berusaha dan berharap semoga Allah senantiasa menunjukan jalan lurus dalam setiap langkah yang kuperbuat agar kelak menjadi manusia yang berguna bagi diriku, keluarga, sahabat, bangsa dan agamaku di kemudian hari. 

Tuesday, November 18, 2014

Filosofi Suling

Filosofi Suling
Arti Kata Suling
Dalam bahasa Dwipantara (Indonesia kuno) SU LA HYANG adalah “ketentuan dari para pemimpin yang benar atau “ketentuan yang memimpin pada kebenaran". Setelah terjadi evolusi bahasa yang berlangsung selama ratusan tahun maka berubah menjadi SU LING dengan demikian kata SULING telah berubah makna menjadi “Eling sangkan bener" (mawas diri demi kebenaran) SU = Benar ; LING = Kependekan kata dari LA HYANG yang artinya LA = Ketentuan, sedangkan HYANG = Pemimpin .
Bentuk Suling
Pada dasarnya suling merupakan perumpamaan, penggambaran dari sosok manusia Dwipantara yang menggunakan ikat kepala.
Filosofi Suling
"Mahluk Manusia" bagi bangsa Dwipantara adalah sosok yang mempunyai “enam lubang kehidupan” (hirup – hurip) yaitu : mata, hidung, mulut, telinga, alat kelamin serta anus. Ke enam lubang tersebut tidak ada yang buruk. Semua Lubang adalah bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dan harus diatur oleh disiplin kehidupan (adab). Manusia harus tahu kapan waktu membuka dan kapan waktunya menutup, kapan waktunya memasukkan dan kapan waktu membuang. Semua diatur oleh nilai – nilai beradab yang tidak boleh dilanggar demi mencapai “Hirup nu Huri” (Bahagia, Tentram dan Damai ) itulah pengertian atas “ Manusia Beradab  bagi bangsa dwipantara.
Kandungan Nilai – Nilai Permainan Suling
Mirip bahkan serupa dengan konsep “Keris manjing Sarangka” atau “Ngaraga Sukmayaitu berpadunya jari tangan kiri – kanan ; atas – bawah, tidak ada lengan baik atau lengan buruk, yang ada adalah kesatuan memanunggalnya kiri dan kanan di dalam hirup (tarikan napas, hidup). Pengaturan Napas (masuk dan buang) merupakan konsep penataan hidup, disiplin, mawas diri dan sadar atas keterikatan diri (hirup) dan renghap (napas). Maka ketika kanan-kiri berpasangan memainkan irama kehidupan lahirlah suatu gelombang suara penuh perhitungan dan perasaan dan merupakan konsep harmoni yang serupa dengan tata keseimbangan alam, jiwa dan raga, langit dan bumi, air dan api, baik dan buruk. Tiga jari tangan kanan-kiri yang mengatur nada pada lubang suling merupakan symbol Trisula (3 ketentuan yang benar). Dahulu “Suling” harus dimainkan dengan menggunakan Trisula yang penuh perasaan dan perhitungan agar mampu mencapai kemanunggalan Upasaka Panca niti:
1. Niti Harti (tahap mengerti)
2. Niti Surti (tahap memahami)
3. Niti Bukti (tahap membuktikan)
4. Niti Bakti (tahap membaktikan)
5. Niti Jati (tahap kesejatian, manunggal dengan Allah)
Setelah mendapatkan Pusaka Panca niti manusia akan terbebas dari keduniawian “mulang ka asal mulih ka jati” yang artinya bukan hanya kematian, melainkan menjadi dewa-sa (bersatu dengan cahaya. Pulang kepada asal muasalnya diri dan kembali kepada Jati dirinya, inilah yang disebut Mawas Diri, tahu diri rasa – rumasa (Rasa = manunggal Cahaya, Rumasa = manunggal cahaya ibu / Pertiwi ).
Jadi pada intinya dalam suling tersebut terdapat beberapa nilai-nilai kemanusiaan yang harus kita ketahui bahwa dalam suling menggambarkan sesosok manusia yang mempunyai ikat kepala dan mempunyai enam lubang kehidupan (hirup – hurip) yaitu: mata, hidung, mulut, telinga, alat kelamin serta anus. Keenam lubang tersebut tidak ada yang buruk. Semua lubang adalah bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dan semua lubang harus diatur oleh
disiplin kehidupan (adab). Manusia harus tahu kapan waktu membuka dan kapan waktunya menutup, kapan waktunya memasukkan dan kapan waktu membuang. Semua diatur oleh nilai – nilai beradab yang tidak boleh dilanggar demi mencapai “Hirup nu Hurip “ (Bahagia, Tentram dan Damai).





Kumpulan Puisi Karya Bersama

Kumpulan Puisi Karya Bersama

    Terbelenggu Waktu
Telah lelah aku berlalu
dalam diam ku membisu
dalam angan ku berpacu
dalam waktu aku tak tahu

suram selalu berjibaku
dalam benaku yang kaku
sungguh aku malu
pada langkahku yang meragu

saatku membuka pintu
aku hanya bisa terdiam membisu

aku tak tahu
aku tak mau
aku tak mampu
mengatur waktuku

hingga aku terbelenggu
oleh sang waktu 


A. M
Garut, ‎29 ‎Nopember ‎2013


  Siapa Aku?

Kawan, Jika Engkau bertanya, siapa aku?
Aku selalu terdiam memikirkan hal itu
jika Engkau bertanya siapa aku
Aku selalu merintih Menahan rasa malu

Bahkan aku juga bertanya-tanya
Aku ini siapa?
Asalku dari mana?
dan akan kembali kemana?

Sungguh aku tak bisa menerka
aku seperti terbuang,
terasingkan di negri orang
aku tak bisa berbuat apa
selain kehendak-Mu Tuhan

Orang bilang aku ini dilahirkan dari negri sebrang
dari keturunan anak bangsawan
yang sering disebut darah biru
ya, itulah sebutan keluargaku

Namun apakah aku pantas? 
tidak Tuhan, aku tidak punya semua itu
lalu aku ini siapa?
Entahlah. . .

aku masih bertanya,
bertanya tentang diriku yang sebenarnya
siapa aku? dan siapakah aku sebenarnya?

A. M
Garut, ‎07 ‎Nopember ‎2013




Aromanis Senja
ingat saat kau dan aku duduk berdua
di sana
di suatu tempat, di tepian danau
berdua
berbincang
berbincang apa saja
tentang kita, juga lainnya
disela kata, sesekali kulihat keningmu mengkerut
"silau" katamu
aku tersenyum, lucu tingkahmu
disela tawa, kau pinta belikan aromanis dengan manja
"ah malu, lagi pula khawatir kau batuk karena itu" ujarku
tak lama kau cepat menyela
"biar, tak apa. aku suka itu, enak. manis rasanya"
perlahan
kau cubit bantalan merah muda itu
harumnya menggoda penciumanku
namun, tak sedikitpun aku berani mengusik
mengusik keceriaan wanita cerdas nan dewasa yang kala itu menjelma dalam rona wajah tanpa tanda tanya
candanya
senyumnya
gerakannya, sekecil apapun, amat sederhana
polos
begitu anggun
begitu memukau
seakan ia kembali pada masa kecil dulu
masa dimana ia berlari-lari kecil disore hari dengan teman sebaya
atau saat ia duduk manis di teras rumahnya
ya, aku memang tahu
semua tentangnya terpatri dalam ingatan
seraya tersipu, kau tawarkan jajanan itu padaku
"tidak, cukup kau saja yang nikmati aromanis itu" ujarku kelu
setelahnya
di pelataran senja muda
dengan hati berbunga
kita panjatkan satu doa yg sama
lalu kembali pada mereka
guna dapatkan restu tuk bahagia

Yoga Yudistira

Agustus 2013

Sunday, November 9, 2014

Kumpulan Video Klip Islami

Saturday, September 27, 2014

Renungan

 renungan
Dunia ini tidak selamanya akan kita pijak, tidak selamanya pula akan berputar. Suatu saat akan terhenti sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Maka dititik itulah semuanya akan dipertanggung jawabkan atas apa yang telah diperbuatnya.

Perjalanan di dunia ini tidak selamanya akan berjalan mulus seperti air mengalir yang bebas bergerak kemana saja yang kita inginkan. Ada jalan yang harus kita tempuh. Biasanya jalan itu tidak selamanya terbentang lurus, terkadang menemukan tikungan, tanjakan dan ada pula turunan curam yang sangat membahayakan.

Di tengah-tengah perjalanan kita pasti akan menemukan berbagai peristiwa diantaranya kita dapat melihat orang yang sedang menyebrang, orang yang sedang berjalan-jalan, ada yang berjalannya cepat ada juga yang berjalan lambat sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Terkadang saat itu kita menemukan peristiwa yang menyenangkan, mengesankan, mengharukan, menghawatirkan, menakutkan bahkan ada juga peristiwa yang sangat berbahaya. Begitulah pejalanan hidup, semuanya  telah diatur dengan qada dan takdirnya masing-masing. Tinggal bagaimana kita menyadarkan kembali bahwa kita harus bisa menerima apapun yang terjadi dalam kondisi apapun. Semua Peristiwa itu bukan merupakan suatu kebetulan akan tetapi mutlak keputusan dari sang Mahakuasa.

Perbanyaklah mentapakuri semua peristiwa yang terjadi di dunia ini. Banyak berfikir merenungkan apa yang sebaiknya kita perbuat. Renungkan siapa diri kita sebenarnya, jangan sesekali kita merasa sombong, sebab kesombongan akan membuat diri kita jatuh ke jalan yang dibenci Allah SWT. Mudah-mudah kita termasuk orang-orang yang istiqomah berada di Jalan yang di Ridhoi-Nya. Amin. . .
Semoga  bermanfaat.

Saturday, September 13, 2014

Sandiwara Kehidupan

sandiwara kehidupan



Kesederhanaan hidup terlihat ketika kita menunjukan pribadi yang sebenarnya, tanpa menutup diri maka kita akan jadi yang terbaik bagi diri sendiri maupun orang yang berada di sekeliling kita. Disadari atau tidak terkadang hanya kepalsuan yang kita tunjukan kepada mereka. Kepribadian yang sebenarnya seringkali ditutupi semata-mata untuk menunjukan bahwa inilah saya yang terbaik. Padahal hati kecilnya selalu mengakui bahwa saya sedang berpura-pura.
Beranjak dari kepiawaian menutupi kepalsuan karakter diri, sampai akhirnya orang lain pun terkelabui. Mereka yang tak paham seolah acuh diam tak bersimpul. Sebagian ada yang terkagum-kagum mendengarkan cerita kepalsuannya, Tak heran memang ketika banyak orang terpikat dengan kepandaian seseorang karena ia sedang bermain peran dalam sandiwara kehidupan.
Hidup memang bersandiwara begitu juga dengan kehidupan. Kita dituntut untuk menjadi aktor dan aktris tebaik dalam melakoni perannya. Ketika kita terlahir saat itulah kita mulai bermain peran. Banyak tokoh yang akan diperankan, termasuk ketika menjadi orang jahat maka akan dibenci orang, saat menjadi orang baik akan dasayangi orang,  saat bersedih, saat tertawa, saat kecewa dan terkadang tanpa disadari semua itu merupakan karakter kita yang sebenarnya. Tinggal kita memilih tokoh mana yang akan kita perankan dalam persandiwaraan ini.
Seiring berjalannya waktu, maka kita akan tumbuh bersama hal-hal baru yang dipelajari. Sang Sutradara mendiktekan topik-topik kehidupan yang harus diperankan. Semua ucapannya telah termaktub dalam naskah berupa kitab suci (Al-Quran) dan utusan terbaik (Rasulullah SAW) sebagi tauladan umat agar kamu mempelajarinya. Banyak hal baru yang akan kita temui disana. Termasuk topik-topik hangat serta peristiwa menarik berdasarkan sejarah para tentara penegak peradaban dunia pun dapat kita temui.
Ada suatu pelajaran berarti yang sering dilupakan yaitu persepektif kehidupan nyata yang sebenarnya akan kita lalui bersama. Di sana kita akan mendapatkan apresiasi serta evaluasi atas apa yang telah diperankan selama melakoni persandiwaraan ini.
Selepas turun dari panggung sandiwara, maka Sang Sutradara akan memperlihatkan rekaman dari potret yang tersembunyi. Ketika kita mulai mencermati rekaman itu ternyata tak selalu berjalan sesuai sekenario. Terkadang kita berimprovisasi untuk menutupi kesalahan sendiri supaya tokoh yang kita perankan tidak lepas dari sekenario yang telah digariskan oleh Sang Sutradara. Saat itulah  kita dapat menyaksikan sendiri semua gerak-gerik yang telah diperankan. Ketika mulut terkunci, anggota tubuhlah yang akan menjelaskan semuanya.

Akhirnya Setelah semuanya selesai maka kita akan beranjak ke dalam kehidupan yang nyata, yaitu kehidupan yang kekal. Semua orang akan dikumpulkan di salah satu tempat yang begitu luas. Bahkan luasnya tak terhitung. Setiap orang akan diseleksi sesuai dengan apa yang telah diperankannya. Jika peranya baik tentu ia akan mendapatkan apresiasi baik begitu juga ketika kita memerankan yang tidak baik maka akan mendapatkan hukuman. Setelah kita sadar dan merenungkan apa yang terjadi ternyata semua yang kita perankan selama berada di persandiwaraan ini hanya sebuah permainan dan senda gurau, meskipun demikian bukan berarti kita bebas mengekspresikan semau kita, melainkan harus tetapi memperhatikan tujuan dan bekal pulang menuju rumah kita yang sebenarnya. Maka hati-hatilah dalam menjalankan segala peran yang ada, jangan sampai terjebak oleh kesenangan semata, selalu bersungguh-sungguh dan bersemangat dalam menjalankannya. Tuntutlah ilmu sebagai bekal menuju keselamatan yang abadi, semoga kita dapat memerankan sesuai dengan perintah Sang Sutradara Kehidupan.